Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah Menggunakan Metode Certainty Factor Dan Weighted Berbasis Web

Isi Artikel Utama

Sandra Ariesta Indarwati
Indah Susilawati

Abstrak

Cabai merah adalah jenis sayuran yang dapat membangkitkan selera makan khususnya di lidah pencinta kuliner pedas di Indonesia. Budidaya tanaman cabai banyak ditemui di Indonesia salah satunya di daerah Kabupaten Blitar. Pada musim penghujan, para petani selalu merasa resah pada saat menanam cabai di musim hujan. Pada musim hujan cabai rentan terkena penyakit yang cukup banyak. Untuk mengatasi penyakit tersebut, dibutuhkan langkah yang tepat yaitu dengan cara memberikan penanganan khusus berupa pengobatan yang benar terhadap tanaman yang terjangkit penyakit.Untuk proses mendiagnosa jenis-jenis penyakit yang ada di tanaman tersebut maka diperlukan cara alternatif dengan membuatkan sebuah aplikasi sistem pakar agar dapat mendiagnosa penyakit pada tanaman cabai. Dalam rancangan sistem pakar ini, menerapkan metode Certainty Factor dan Weighted Product. Metode Certainty Factor digunakan untuk menghitung nilai bobot saat gejala awal penyakit pada tanaman cabai. Sedangkan metode Weighted Product adalah proses menormalisasi dalam menentukan jenis penyakit berdasarkan perhitungan bobot gejala awal penyakit. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap user untuk melakukan konsultasi dengan menjawab beberapa pertanyaan tentang gejala- gejala yang telah dialami, berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada sistem pakar sebanyak 30 kali, nilai akurasi yang didapat  adalah sebanyak 90.48% dimana ini membuktikan sistem sudah berjalan dengan baik dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam menganalisis penyakit pada tanaman cabai.


 

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

[1] A. Eka, N. Pratiwi, and K. Kunci, “Chaining ( Studi Kasus : Petani Cabai Merah Desa Grobongan Kabupaten Madiun ),” vol. 3, no. 1, pp. 1–10, 2018.
[2] P. Soepomo, “sistem identifikasi citra jenis cabai (capsicum annum l.) Menggunakan metode klasifikasi city block distance,” JSTIE (Jurnal Sarj. Tek. Inform., vol. 1, no. 2, pp. 409–418, 2013.
[3] A. Duriat, N. Gunaeni, and A. Wulandari, Penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. 2007.
[4] BPS, “Produksi cabai besar , cabai rawit , dan bawang merah tahun 2014,” Ber. Resmi Stat., no. 71, pp. 1–11, 2015.
[5] M. Y. Tanjung, E. N. Kristalisasi, and B. Yuniasih, “Keanekaragaman Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum) Pada Daerah Pesisir,” J. Agromast, vol. 3, no. 1, pp. 58–66, 2018.
[6] A. F. Iffaf, “Identifikasi Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur Yang Terdapat Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Di Kabupaten Kepulauan Selayar,” J. Teknosains, vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2017.
[7] Rozi Irnaldi, ... “| Rozi Irnaldi,” vol. 2, no. 1, pp. 165–174, 2019.
[8] “Penerapan Metode Certainty Factor Dan Weighted Product Dalam Mengidentifikasi Penyakit Skripsi Oleh : Muhammad Ardi Zulfian,” 2020.
[9] H. Hasanah, “Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial),” At-Taqaddum, vol. 8, no. 1, p. 21, 2017.
[10] R. Mita, “Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian Kualitatif,” Jurnal Ilmu Budaya, vol. 2. p. 9, 2015.
S. Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan antar Pustakawan,” Lentera Pustaka J. Kaji. Ilmu Perpustakaan, Inf. dan Kearsipan, vol. 2, no. 2, p. 83, 2017.